HakikatMakrifat Hamzah Fansuri iktikaf Imam Fakhruddin Ar-Razi inspirasi kasyaf kenali ulama kisah wali dan sufi Kitab and Book Review Kitab dan Book Review Majlis Haul Makam makam. manaqib Perubatan Islam ramadhan Rumi sadaqah Sayyidah Nafisah Selawat SeniBudaya Sheikh Abdul Qadir al-Jailani Sheikh Tokku Ibrahim Mohamad
Setelahtadi kita melanjutkan aktivitas selepas istrahat, Allah juga tidak mengganggu kita sampai waktu kita menyelesaikan aktivitas/pekerjaan kita. Maka jangan berat hati juga jika Allah meminta waktu kita untuk sholat Ashar. 4. Magrib Dan ketika kita telah sampai dirumah dan berkumpul bersama keluarga di waktu magrib.
Pengertiansholat lima waktu dalam segi syariat, tarekat, hakikat dan makrifatlink
Syariat adalah saat Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk mengerjakan sholat 5 waktu ketika isra' mikraj yang merupakan puncak pendakian tertinggi yang harus dilaksanakan oleh umat muslim. Munculnya istilah Tarekat, Hakikat, dan Makrifat dalam akademisi kajian Islam jauh setelah wafatnya Rosulullah SAW sekitar abad 5 Hijriyah.
BerkataRasulullah Saw: " siapa orang yang melihara sholat lima waktu maka baginya cahaya dan petunjuk di hari kiamat. Tapi orang yang tidak menjaga sholat 5 waktunya tidak ada untuk nya cahaya, petunjuk, keselamatan dan ini yang terjadi pada kita. Dalam diri kita sebelum di luar diri kita, di lingkungan kita, di sekitar kita, di negri kita.
BeliShalat Ahli Makrifat. Harga Murah di Lapak Toko Hawra. Telah Terjual Lebih Dari 5. Pengiriman cepat Pembayaran 100% aman. Belanja Sekarang Juga Hanya di Bukalapak.
. Oleh Muhammad Umar Said Ø¢Ù„Ø¨ØØ ÙÙŠ علم التصو٠من كتاب “إيقاظ الهمم” Ù„Ù„Ø´ÙŠØ Ø¥Ø¨Ù† عجيبة ÙÙŠ Ø´Ø±Ø Ø§Ù„ØÙƒÙ… Ù„Ù„Ø´ÙŠØ Ø§Ù„Ø¹Ù„Ø§Ù…Ø© العار٠بالله إبن Ø¹ØØ§Ø¡ الله السكندري رØÙ…Ù‡ اللَÙÙ‡ تعالى Ø£Ù„ÙØ±Ù‚ بين صلاة العوام والعارÙين ÙØ§Ù„عوام ØØ¯ صلاتهم أوقاتهم، والعارÙون ÙÙŠ الصلاة على الدوام. كما قال الله تعالى ألذين هم على صلاتهم دائمون قيل لبعضهم هل للقلوب صلاة؟ Ùقال نعم، إذا سجد Ù„Ø§ÙŠØ±ÙØ¹ رأسه أبدا، أى إذا سجدت Ø§Ù„Ø±ÙˆØ Ù„Ù‡ÙŠØ¨Ø© الجلال والجمال لا ØªØ±ÙØ¹ رأسها أبدا، Ùˆ إليه أشار الششترى بقوله ÙØ§Ø³Ø¬Ø¯ لهيبة الجلال عند التدانى، ولتقرأ أية الكمال سبع Ø§Ù„Ù…ØØ§Ù†Ù‰ وقوله ÙØ¥Ù† كنت منهم ÙØ§Ù†Ø¶Ø البر Ø¨Ø§Ù„Ø¨ØØ± أى ÙØ¥Ù† كنت من العارÙين المØÙ‚قين ÙØ§Ù†Ø¶Ø بر شريعتك Ø¨Ø¨ØØ± ØÙ‚يقتك بØÙŠØ ترش على شريعتك من Ø¨ØØ± ØÙ‚يقتك ØØªÙ‰ تغمرها وتغØÙŠÙ‡Ø§ØŒ ÙØªØµÙŠØ± الشريعة عين الØÙ‚يقة، والØÙ‚يقة عين الشريعة، ØØªÙ‰ يصير عملك كله بالله، والله أعلم. وإذا دØÙ„ القلب ØØ¶Ø±Ø© القدس ومØÙ„ الأنس، Ùهم دقائق الأسرار، وملئ بالمواهب والأنوار، وإلى ذالك أشار بقوله “أم كي٠يرجو أن ÙŠÙهم دقائق الأسرار وهو لم يتب من Ù‡Ùواته؟ “ قلت Ùهم دقائق الأسرار لا يكون أبدا مع وجود الإصرار. أو تقول Ùهم غوامض التوØÙŠØ¯ لا يكون بقلب ÙØ±ÙŠØ¯ØŒ Ùمن لم يتب من Ù‡Ùواته، ÙˆÙŠØªØØ±Ø± من رق شهواته، Ùلا ÙŠØÙ…ع ÙÙ‰ Ùهم غوامض التوØÙŠØ¯ØŒ ولا يذوق أسرار أهل Ø§Ù„ØªÙØ±ÙŠØ¯ØŒ إنتهى. Penjelasan Orang awam itu ketika melaksanakan shalat dibatasi oleh waktu shalatnya. Misalnya waktu shalat Ashar dibatasi oleh shalat Maghrib, shalat Maghrib dibatasi oleh shalat Isya’ dan seterusnya. Akan tetapi shalatnya Ahli ma’rifat tidak dibatasi oleh waktu. Tidak ada batas antara shalat fardlu dengan shalat di luar shalat fardhu. Sehingga shalat bagi para arifin ahli ma’rifat tidak ada permulaan dan tidak ada akhiran لا بداية ولا نهاية. Antara shalat syariat dan hakekat tidak ada batas dan tidak terputus. Badan untuk melaksanakan syariat dan hatinya melaksanakan hakekat. Shalat para arifin tidak kelihatan sujudnya, sebagaimana orang awam, sebab yang sujud pada saat shalat adalah ruhnya. Imam As-Sasytasytary memberikan isyarah dengan ucapannya “Maka sujudlah karena takut pada keagungan Allah Al-Jalal pada saat mendekatkan diri, dan hendaklah engkau membaca surat Al-Fatihah dibaca berulangkali dengan sempurna”. Maksudnya, ketika para arifin sedang melaksanakan shalat, hakekatnya ia sedang menyirami syariat dengan hakikat, atau sebaliknya ia sedang menyirami hakikat dengan syariat. Sehingga antara syariat dan hakikat menyatu dalam ibadah, dan keduanya bisa dilakukan secara bersama-sama. Alhasil, ibadah syariatnya adalah wujud hakekatnya, dan ibadah hakekatnya adalah wujud syariatnya. Dan ketika hati seseorang telah masuk ke dalam Hadrah Qudsy Hadlirat Allah dan tempat yang menyenangkan, maka sesungguhnya ia adalah Sirr yang halus yang dipenuhi anugerah dan pancaran sinar/cahaya Allah. Akan tetapi yang demikian itu tidak bisa dicapai oleh hati yang tidak bertobat dari segala kesalahan dan maksiat. Hati yang bertobatlah yang bisa mendapatkan sesuatu yang dicari dan lembutnya sirr serta rahasianya tauhid. Syeikh Ibnu Ajibah berkata, “Memahami lembutnya sirr tidak akan terwujud jika masih disertai adanya perbuatan dosa”. Atau dengan kata lain, untuk memahami rahasia tauhid tidak akan terwujud kecuali dengan hati yang satu’ tidak bercabang. Barangsiapa yang tidak kembali bertobat dari kesalahannya, dan tidak berhati-hati terhadap halusnya syahwat, maka tidak bisa diharapkan untuk memahami rahasia tauhid, dan tidak bisa merasakan rahasia Ahli Tafrid orang yang menyatukan hatinya kepada Haqqul Wujud. Kesimpulan Penjelasan di atas merupakan pengalaman batin dari para pencari hakikat, yang melakukan pengembaraan spiritual hingga sampai maqam ma’rifat di Alam Jabarut. Para pencari hakekat المØÙ‚قين tersebut telah melakukan segala upaya dengan susah payah, mulai dari tahapan awal, yaitu dzikir dengan hati ألذكر بالقلب, meningkat pada tahapan menengah, yaitu dzikir dengan ruh ألذكر بالروØ, dan hingga sampai pada tahapan puncak, yaitu dzikir bil sirr الذكر بالسر. Dalam mencari hakekat hingga ma’rifat, para arifin mengalami gejolak batin, terkadang mengalami naik الترقى, dan mengalami turun التنزل. Kadang ia berada di tempat wujudnya البقاء, dan kadang ia tidak sadarkan diri terhadap wujudnya الÙناء, sebab ia telah menyatu Ø¥ØªØØ§Ø¯ dengan Haqqul Wujud Allah SWT. Terkadang juga para arifin mengalami apa yang disebut jadzab orangnya disebut majdzub جذب -مجذوب. Pada saat ia mengalami jadzab tertarik, ia sering mengalami syatahat Ø´ØØØ©, berbicara tanpa kesadaran diri Bahasa Jawa ndleming, karena ia sedang berada pada kondisi fana’. Semua hal yang dialami oleh para arifin di atas tidak bisa dilakukan oleh orang awam yang hatinya belum bersih dari kotoran dan dosa serta belum bertobat kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh. Tidak hanya itu, para arifin sudah benar-benar mengosongkan hatinya dan melepaskan dari ketergantungan pada urusan duniawi, serta sudah asyik masyuk, mabuk cinta hanya kepada Allah Al-Haqq. Allahu a’lam bis shawab. Semoga bermanfaat. Beberapa istilah dalam Ilmu Tasawuf 1. Baqa’ البقاء ialah kondisi dimana para pencari hakekat masih dalam kesadaran diri pada wujudnya; 2. Fana’ ألÙناء ialah kondisi dimana para pencari hakekat hilang kesadaran dirinya terhadap wujudnya, karena telah wushul sampai kepada Haqqul Wujud; 3. Taraqi الترقى ialah kondisi dimana para pencari hakekat, ruhnya telah naik pada maqam hakekat; 4. Tanazul التنزل ialah kondisi dimana pencari hakekat ruhnya sedang turun, berada di maqam syariat; 5. Syatahat Ø´ØØØ© ialah para pencari hakekat, dimana tanpa kesadarannya berbicara sendiri, yang maknanya tidak bisa dipahami oleh orang awam; 6. Jadzab جذب ialah para pencari hakekat, dimana ruhnya tertarik ke atas hingga sampai maqam hakekat; 7. Al-Jalal /الجلال keagungan 8. Al-Jamal /الجمال keindahan; 9. Al-Baarr /ألبار Maha Berbuat Kebaikan; 10. Zalat/ زلة terpeleset; 11. Hafwah/ Ù‡Ùوة kesalahan; 12. Alkamal /ألكمال kesempurnaan; 13. Almuhaqqiqin /المØÙ‚قين pencari hakekat; 14. Al-arifin /العارÙين orang yang sudah ma’rifat; 15. As salik/ As sa’ir / السالك، السائر orang yang sedang berjalan menuju suatu tujuan; 16. Al wushul/Al ittishol /الوصول، الإتصال telah sampai pada hakekat; 17. Al-washilun/الواصلون orang sudah sampai /berada di maqam hakekat. Ngaji Tasawuf bersama KH. Mohammad Danial Royyan
- Sholat fardu merupakan ibadah wajib yang harus dikerjakan oleh setiap orang yang beragama Islam. Umat muslim harus mengerjakan sholat wajib sebanyak 5 kali dalam sehari yaitu Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya'. Bacaan sholat 5 waktu sangatlah penting untuk diketahui supaya ibadah kita menjadi sah atau diterima oleh Allah SWT. Sholat menjadi amal ibadah pertama yang akan akan dihisab kelak ketika kita di akhirat, termasuk mengetahui bacaan sholat 5 waktu juga penting. Oleh sebab itu, jika meninggalkan satu saja waktu sholat maka termasuk ke dalam dosa besar. Dalam surah An-Nisa' ayat 103 Allah SWT berfirman yang artinya “Sungguh, sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman,” QS. An-Nisa 103. Setiap waktu sholat memiliki jumlah rakaat yang berbeda-beda, ada yang 2, 4 dan 3 rakaat. Berikut ini bacaan sholat 5 waktu lengkap dengan doa, niat serta tata cara yang benar dan sesuai dengan syariat. Baca Juga Polres Banjarnegara Gelar Doa Lintas Agama, Ini yang Diharapkan Waktu dan Bacaan Niat Sholat 5 Waktu Sholat fardu memiliki waktu yang berbeda-beda dalam pengerjaannya. Berikut ini ulasan mengenai waktu dan bacaan niat sholat 5 waktu yang benar. 1. Sholat Subuh Sholat subuh dikerjakan paling awal yakni sejak terbitnya fajar dan berakhir hingga terbitnya matahari. Jumlah rakaat sholat subuh yaitu 2 rakaat. Berikut bacaan niat sholat subuh “Usholli fardha shubhi rak’ataini mustaqbilal qiblati adaa`an lillaahi ta’aala”. Baca Juga Niat Sholat Jumat untuk Makmum dan Imam Lengkap dengan Tata Caranya Artinya “Aku niat salat fardu subuh, dua rakaat, menghadap kiblat, tepat waktu, karena Allah ta’ala”.
– Syariat Islam adalah hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan aturan, syariat Islam juga berisi solusi atau aturan-aturan untuk penyelesaian masalah dalam kehidupan oleh sebagian umat Islam, Syariat Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna untuk seluruh permasalahan hidup Manusia didunia ini. Sumber Syariat adalah Al-Qur’an dan dari kata Tariqah Arab berarti “jalan” atau “metode”, dan mengacu pada aliran kegamaan tasawuf atau sufisme/mistisme Islam. Jadi, Tarekat adalah suatu cara/ajaran tertentu untuk lebih mengenal Haqiqat adalah kata benda yang berarti kebenaran atau yang benar-benar ada. Hakikat berasal dari kata hak al-Haq yang berarti milik kepunyaan atau benar kebenaran.Kata Haq, secara khusus oleh orang-orang sufi sering digunakan sebagai istilah untuk ALLAH sebagai pokok sumber dari segala kebenaran, sedangkan yang berlawanan dengan itu semua disebut batil yang tidak benar.Makrifat berarti pengetahuan yang hakiki tentang Ilahiyah. Setelah menjalankan Syari’at dengan benar maka akan masuk tahap Tarekat, kemudian mengenal Hakikat untuk mendapatkan Makrifatullah sehingga menjadi hamba yang selalu dekat dengan orang yang mengaku ber-Tarekat, ber-Hakikat dan ber-Makrifat harus berada didalam Syari’at. Seharusnya perjalan spritual berasal dari Makrifat yang berarti berpengetahuan meluas dalam memahami Islam baik dalam Al-Qur’an, Hadis, Usul Fiqih, Balaghoh, Ard, dan keluasan Makrifat, Manusia akan mendapat Hakikat Ilahiyah yang melahirkan gerakan Tarekat dan berujung pada inti Islam yang tidak lain afalah Syari’at seperti perjalan spiritual Nabi Muhammad SAW dimulai dari Makrifat, Tarekat, Hakikat dan akhirnya sampai pada Makrifat adalah bertemu dan mencairnya kebenaran yang hakiki, yang disimbolkan saat Nabi Muhammad SAW bertemu Malaikat Hakikat adalah saat Nabi Muhammad SAW mencoba untuk merenungkan berbagai perintah untuk Tarekat saat Nabi Muhammad SAW berjuang untuk menegakkan Syariat adalah saat Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk mengerjakan sholat 5 waktu ketika isra’ mikraj yang merupakan puncak pendakian tertinggi yang harus dilaksanakan oleh umat istilah Tarekat, Hakikat, dan Makrifat dalam akademisi kajian Islam jauh setelah wafatnya Rosulullah SAW sekitar abad 5 zaman Hujjatul Islam Syekh Imam Al-Ghazaly Asy-Syafi’i yang menyendiri dari kajian ilmiyah falsafah setelah menulis Tahafut al-Falasifah. Kemuadian Al-Ghazali menjadi Sufi Sejati dengan menulis kitab sufi Ihya Ulumuddin. Kemudian dunia Islam Timur Tengah tenggelam dalam sufi. Dan kemajuan Islam hanya didaerah Mongol, Turki, dan Spanyol yang diprakarsai Ibn seharusnya seorang muslim sejati mengkotak-kotakan Syari’ah, Tarekat, Hakekat dan Makrifat karena yang berkata demikian hanyalah orang yang tidak banyak mengetahui keilmuan Islam secara MakrifatSangat sulit menjelaskan Hakikat dan Makrifat kepada orang-orang yang mempelajari agama hanya pada tataran Syariat saja, menghafal ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist akan tetapi tidak memiliki ruh dari pada Al-Qur’an itu Hakikat dari Al-Qur’an itu adalah Nur ALLAH yang tidak berhuruf dan tidak bersuara, dengan Nur itulah Rosulullah SAW memperoleh pengetahuan yang luar biasa dari ALLAH tetaplah hapalan dan itu tersimpan di otak yang dimensinya rendah yang tidak akan mampu menjangkau Hakikat ALLAH. Otak itu Baharu sedangkan ALLAH itu adalah Qadim, maka sudah pasti Baharu tidak akan sampai kepada seseorang hanya belajar dari dalil dan mengharapkan bisa sampai kehadirat ALLAH dengan dalil tersebut, maka bisa dipastikan dia tidak akan sampai seseorang tidak sampai kehadirat-NYA, maka dia akan heran dengan ucapan dari orang-orang yang sudah Makrifat, misalnya seperti bisa berjumpa dengan Malaikat, berjumpa dengan Rosulullah SAW dan bahkan melihat ALLAH yang hanya berkutat ditingkat Syariat akan menganggap semua itu hanya sebuah kebohongan dan akan menyanggahnya dengan mengumpulkan dalil-dalil untuk membantah ucapan para ahli Makrifat tersebut dengan dalil yang menurutnya terkadang dalil yang diberikan justru sangat mendukung ucapan para ahli Makrifat, tapi karena matahati-nya dibutakan oleh hawa nafsu, yang dalam Al-Qur’an disebuat Khatamallahu ala Qulubihim Tertutup mata hati mereka, itulah hijab yang menghalanginya menuju SAW menggambarkan Ilmu Hakikat dan Makrifat itu sebagai “Haiatul Maknun”, artinya “Perhiasan yang sangat indah”. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rosulullah bersabda“Sesungguhnya sebagian ilmu itu ada yang diumpamakan seperti perhiasan yang indah dan selalu tersimpan yang tidak ada seoranpun mengetahui kecuali para Ulama ALLAH. Ketika mereka menerangkannya maka tidak ada yang mengingkari kecuali orang-orang yang biasa lupa tidak berzikir kepada ALLAH”. Abu Abdir Rahman As-SalamyDidalam hadist tersebut jelas ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa ada sebagian ilmu yang tidak diketahui oleh siapapun kecuali para Ulama ALLAH, yaitu para Ulama yang selalu ber-dzikir kepada ALLAH dengan segala tersebut sangat indah laksana perhiasan dan tersimpan rapi, yaitu ilmu Thariqat yang didalamnya terdapat amalan-amalan seperti Ilmu Latahif dan kisah tentang pertemuan Nabi Musa dengan nabi Khidir yang pada akhir perjumpaan mereka membangun sebuah rumah untuk anak yatim piatu untuk menjaga harta berupa emas yang tersimpan didalam rumah. Jika rumah tersebut dibiarkan ambruk maka emasnya akan dicuri oleh perampok, harta tersebut tidak lain adalah ilmu Hakikat dan Makrifat yang sangat tinggi nilainya dan rumah yang dimaksud adalah ilmu Syariat yang harus tetap dijaga untuk membentengi agar tidak jatuh ketangan yang tidak tegas lagi pengertian di atas dengan adanya hadist Nabi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah sebagai berikut“Aku telah hafal dari Rosulullah dua macam ilmu, pertama ialah ilmu yang aku dianjurkan untuk menyebarluaskan kepada sekalian Manusia yaitu ilmu Syariat, dan yang kedua adalah ilmu yang aku tidak diperintahkan untuk menyebarluaskan kepada Manusia, yaitu ilmu yang seperti “Hai’atil Maknun”. Maka apabila ilmu ini aku sebarluaskan niscaya engkau sekalian akan memotong leherku engkau menghalalkan darahku”. HR. ThabraniHadist di atas sangat jelas jadi tidak perlu diuraikan lagi, dengan demikian barulah kita sadar kenapa banyak orang yang tidak senang dengan Ilmu Thariqat. Karena ilmu itu memang sangat rahasia, bahkan para sahabat Nabi saja tidak di izinkan untuk disampaikan secara umum, karena ilmu itu harus diturunkan dan mendapat izin dari Nabi, dari Nabi izin itu diteruskan kepada Khalifah-nya, kemudian diteruskan kepada para Aulia ALLAH sampai saat ilmu Hai’atil Maknun itu disebarkan kepada orang yang belum berbait zikir atau “disucikan” sebagaimana telah difirmankan dalam Al-Qur’an surat Al- orang-orang yang hanya ahli Syariat semata, sudah barang tentu akan timbul anggapan bahwa ilmu jenis kedua ini, yakni Ilmu Thariqat, Hakikat dan Ma’rifat adalah Bid’ah mereka ini memiliki I’tikqat bahwa ilmu yang kedua tersebut jelas di ingkari oleh syara’. Padahal tidak demikian, bahwa hakekat ilmu yang kedua itu tadi justru merupakan intisari daripada ilmu yang pertama, artinya ilmu Thariqat itu intisari dari ilmu Syari’ karena itu, jika kita ingin mengerti Thariqat, Hakekat dan Ma’rifat secara mendalam maka sebaiknya berbai’at saja terlebih dahulu dengan Guru Mursyid Khalifah yang ahli dan diberi izin dengan taslim dan tafwidh serta ridho. Jadi tidak cukup hanya melihat tulisan dibuku-buku lalu mengingkari, bahkan mungkin mudah timbul prasangka jelek terhadap ahli setiap peristiwa yang mewarnai kehidupan ini, seringkali kita tidak mampu atau tidak mau menangkap kehadiran ALLAH dengan segala sifat-sifat-NYA. Padahal sifat-sifat ALLAH sangat terkait erat dengan ayat-ayat kauniyah-NYA yang terhampar di atas muka ALLAH melalui ayat-ayat kauniyah-NYA memang ingin menunjukkan kekuasaan dan kebesaran-NYA agar hamba-hamba-NYA senantiasa mawas diri, waspada dan berhati-hati dalam bertindak serta berperilaku agar tidak mengundang turunnya sifat Jalilah-NYA yang tidak akan mampu dibendung, apalagi dilawan oleh siapapun, dengan upaya dan sarana kekuatan apapun tanpa terkecuali, karena memang ALLAH satu-satunya pemilik kekuatan dan kekuasaan terhadap alam semesta dan seluruh pembacaan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an secara berurutan, terdapat paling tidak empat ayat yang menyebut sifat-sifat Jamilah dan Jalilah ALLAH secara Yang pertama, surah Al-Ma’idah [5]98 “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya ALLAH amat berat siksa-NYA dan bahwa sesungguhnya ALLAH Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.- Yang kedua, pada akhir surah Al-An’am [6]165 “Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.- Yang keetiga dalam surah Ar-Ra’d [13]6 “Mereka meminta kepadamu supaya disegerakan datangnya siksa, sebelum mereka meminta kebaikan, padahal telah terjadi bermacam-macam contoh siksa sebelum Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan yang luas bagi manusia sekalipun mereka zalim, dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar sangat keras siksanya”.- Yang keempat dalam surah Al-Hijr [15]49-50 “Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya adzab-Ku adalah adzab yang sangat pedih”.Pada masing-masing ayat di atas, ALLAH menampilkan Diri-NYA dengan dua sifat yang saling berlawanan, ALLAH Maha Pengampun lagi Maha Penyayang yang merupakan esensi dari sifat Jamilah-NYA, namun pada saat yang sama ditegaskan juga bahwa ALLAH amat keras dan pedih siksaan-NYA yang merupakan cermin dari sifat Ibnu Abbas RA, seorang tokoh terkemuka tafsir dari kalangan sahabat, ayat-ayat tersebut merupakan ayat Al-Qur’an yang sangat diharapkan oleh seluruh hamba ALLAH SWT Arja’ Ayatin fi KitabiLlah. Karena menurut Ibnu Katsir, ayat-ayat ini akan melahirkan dua sikap yang benar secara seimbang dari hamba-hamba ALLAH yang beriman, yaitu sikap harap terhadap sifat-sifat Jamilah ALLAH dan sikap cemas serta khawatir akan ditimpa sifat Jalilah ALLAH Ar-Raja’ wal Khauf.Sementara Imam Al-Qurthubi memahami ayat tentang sifat-sifat ALLAH SWT semakna dengan hadits Rosulullah SAW yang menegaskan “Sekiranya seorang mukmin mengetahui apa yang ada di sisi ALLAH dari ancaman adzab-NYA, maka tidak ada seorangpun yang sangat berharap akan mendapat surga-NYA. Dan sekiranya seorang kafir mengetahui apa yang ada di sisi ALLAH dari rahmat-NYA, maka tidak ada seorangpun yang berputus asa dari rahmat-NYA”. HR. MuslimDalam konteks ini, Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, seorang tokoh tafsir berkebangsaan Mesir mengelompokkan sifat-sifat ALLAH yang banyak disebutkan oleh Al-Qur’an kedalam dua kategori, yaitu sifat-sifat Jamilah dan sifat-sifat sifat itu selalu disebutkan secara beriringan dan berdampingan. Tidak disebut sifat-sifat Jamilah ALLAH, melainkan akan disebut setelahnya sifat-sifat Jalilah-NYA, begitupula sebaliknya. Dan memang begitulah Sunnatul Qur’an selalu menyebutkan segala sesuatu secara berlawanan, antara surga dan neraka, kelompok yang dzalim dan kelompok yang baik, kebenaran dan kebathilan dan lain merupakan sebuah pilihan yang berada di tangan Manusia, karena Manusia telah dianugerahi kemampuan untuk memilih, tentu dengan konsekuensi dan pertanggung jawaban masing-masing.“Bukankah Kami telah memberikan kepada manusia dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan, petunjuk dan kesesatan”. QS. Al-Balad 8-10Sifat Jalilah yang dimaksudkan oleh beliau adalah sifat-sifat yang menunjukkan kekuasaan, kehebatan, cepatnya perhitungan ALLAH dan kerasnya ancaman serta adzab ALLAH SWT yang akan melahirkan sifat Al-Khauf rasa takut, khawatir pada diri sifat Jamilah adalah sifat-sifat yang menampilkan ALLAH sebagai TUHAN Yang Maha Pengasih, Penyayang, Pengampun, Pemberi Rizki dan sifat-sifat lainnya yang memang sangat dinanti-nantikan kehadirannya oleh setiap hamba-NYA tanpa terkecuali. Dan jika dibuat perbandingan antara kedua sifat tersebut, maka sifat Jamilah ALLAH jelas lebih banyak dan dominan dibanding sifat yang benar terhadap kedua sifat ALLAH tersebut dapat ditemukan dalam sebuah hadits Rosulullah SAW yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA. Anas menceritakan bahwa suatu hari Rosulullah bertakziah kepada seseorang yang akan meninggal Rosulullah bertanya kepada orang itu, “Bagaimana kamu mendapatkan dirimu sekarang?”, ia menjawab, “Aku dalam keadaan harap dan cemas”. Mendengar jawaban laki-laki itu, Rosulullah bersabda, “Tidaklah berkumpul dalam diri seseorang dua perasaan ini, melainkan ALLAH akan memberikan apa yang dia harapkan dan menenangkannya dari apa yang ia cemaskan”. HR. At Tirmidzi dan Nasa’iSahabat Abdullah bin Umar RA seperti dikisahkan oleh Ibnu Katsir yang memberikan kesaksian bahwa orang yang dimaksud oleh ayat-ayat di atas adalah Utsman bin Affan RA. Kesaksian Ibnu Umar tersebut terbukti dari pribadi Utsman bahwa ia termasuk sahabat yang paling banyak bacaan Al-Qur’an dan sholat Abu Ubaidah meriwayatkan bahwa Utsman terkadang mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an dalam satu rakaat dari sholat malamnya. Sungguh satu tingkat kewaspadaan hamba ALLAH yang tertinggi bahwa ia senantiasa khawatir dan cemas akan murka dan ancaman adzab ALLAH SWT dengan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas pengabdian kepada-NYA. Disamping tetap mengharapkan rahmat ALLAH melalui amal peringatan dan cobaan ALLAH justru datang saat kita lalai, saat kita terpesona dengan tarikan dunia dan saat kita tidak menghiraukan ajaran-ajaran-NYA, agar kita semakin menyadari akan keberadaan sifat-sifat ALLAH yang Jalillah maupun yang Jamilah untuk selanjutnya perasaan harap dan cemas itu terimplementasi dalam kehidupan jadi saat ini ALLAH masih berkenan hadir dengan sifat Jamilah-NYA dalam kehidupan kita karena kasih sayang-NYA yang besar, namun tidak tertutup kemungkinan karena dosa dan kemaksiatan yang selalu mendominasi perilaku kita maka yang akan hadir justru sifat Jalilah ALLAH hanya akan muncul karena perbuatan Manusia sendiri karena sesungguhnya ALLAH Maha Pengasih dan Maha Penyayang. ALLAH menurunkan azabnya bukan tanpa sebab, tapi melalui sistem yang disebut hukum sebab sedikit informasi tentang pengertian Syariat, Tarekat, Hakikat dan Makrifat yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar dunia spiritual dan supranatural, dapat dibaca pada artikel Harta Langit bermanfaatTerima kasih
Home Tausyiah Sabtu, 06 November 2021 - 2115 WIBloading... KH Yusuf Mansur, Dai yang juga Pengasuh Pesantren Tahfizh Daarul Quran Tangerang. Foto/dok SINDOnews A A A KH Yusuf MansurPengasuh Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an TangerangTidak ada perbedaan tentang kewajiban sholat 5 waktu sehari semalam di kalangan orang-orang muslim. Kewajiban sholat 5 waktu ini pula adalah salah satu rukun dalam Islam dan diketahui oleh semua kalangan, sehingga tidak boleh ada satu pun muslim yang mengingkari kewajiban shalat tersebut. Allah berfirman dalam Al-Qur'anفَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا"Maka laksanakanlah shalat itu sebagaimana biasa. Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." QS. An Nisa' 103Ini berarti bahwa kewajiban shalat 5 waktu itu telah ditentukan waktu-waktunya. Lantas di ayat-ayat lain, Allah pun menerangkan waktu-waktu yang diwajibkan untuk shalat. Yaitu sebagaimana berikut1. Sholat Subuh disebutkan di QS. An Nur 582. Sholat Zuhur disebutkan di QS. Al Isra' 783. Sholat Ashar disebutkan di QS. Qaf 394. Sholat Maghrib disebutkan di QS. Hud 1145. Sholat Isya disebutkan di QS. An Nur 58Sebagaimana Abdullah bin 'Abbas ra juga pernah ditanya tentang keberadaan sholat 5 waktu di dalam Al-Qur' أَبِـي رَزِين، قَالَ سَأَلَ نَافِع بن الْأَزْرَقِ ابْنَ عَبَّـاسٍ هَلْ تَـجِدُ مِيْقَاتِ الصَّلَوَاتِ الْـخَمْسِ فِـي كِتَابِ اللهِ؟ قَالَ نَعَمْ { فَسُبْحانَ اللّهِ حِينَ تُـمْسُوْنَ } اَلْـمَغْرِبَ { وَحِينَ تُصْبِحُونَ } الْفَجْرَ { وَعَشِيًّا } الْعَصْرَ { وَحِينَ تُظْهِرُونَ } الظُّهْرَ، قَالَ وَمِنْ بَعْدِ صَلَاةِ الْعِشَاءِ ثَلَاثُ عَوْرَاتٍ لَكُمْ. Dari Abu Razin, dia berkata Nafi' bin Azraq bertanya kepada Ibnu 'Abbas ra Apakah kamu menemukan ketentuan shalat 5 waktu disebutkan dalam Al Qur'an? Beliau menjawabYa [Maka bertasbihlah mensucikan Allah pada petang hari] Shalat Magrib. [dan pada pagi hari] Shalat Subuh. [Dan pada penghujung hari] Shalat Asar. [dan pada waktu zuhur] shalat Zuhur. QS. Ar Ruum 17-18. Beliau membaca ayat lagi [dan setelah shalat Isya. Itulah tiga aurat waktu bagi kamu] Shalat Isya. QS. An Nuur 58 Disebutkan juga dalam Riwayat lainعَنْ ابْنِ عَبَّـاسٍ، قَالَ جَمَعَتْ هَاتَانِ الْآيَتَانِ مَوَاقِـيْتَ الصَّلَاةِ { فَسُبْحانَ اللّهِ حِينَ تُـمْسُونَ } قَالَ اَلْـمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ { وَحِينَ تُصْبِحُونَ } الْفَجْرَ { وَعَشِيًّا } الْعَصْرَ { وَحِينَ تُظْهرُونَ } الظُّهْرَDari Ibnu 'Abbas beliau berkata Dua ayat ini, menghimpun seluruh waktu shalat wajib [Maka bertasbihlah mensucikan Allah pada petang hari] Dia berkata Maksudnya adalah Shalat Magrib dan Isya. [dan pada pagi hari] Shalat Subuh. [Dan pada penghujung hari] Shalat Asar. [dan pada waktu zuhur] shalat Zuhur. QS. Ar Ruum 17-18Disebutkan juga dalam Hadis shahih yang menguatkan hal ituرَوَى طَلْحَةُ بْنُ عُبَيْدِ اللّهِ، قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، فَإِذَا هُوَ يَسْأَلُ عَنِ الْإِسْلَامِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ، فَقَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا؟ فَقَالَ لَا، إِلَّا أَنْ تَطَوَّعَDiriwayatkan oleh Thalhah bin Ubaidillah, dia berkata Seseorang mendatangi Rasulullah SAW, dia bertanya tentang Islam. Lalu Rasulullah bersabda Sholat 5 waktu sehari semalam. Pria itu bertanya Apakah saya diwajibkan shalat selain itu? Nabi menjawab Tidak, kecuali sekedar sunnah. HR. Al-Bukhari 2678, dan Muslim 11 Baca Juga rhs ustaz yusuf mansur sholat sholat fardhu sholat 5 waktu yusuf mansur Artikel Terkini More 5 menit yang lalu 49 menit yang lalu 2 jam yang lalu 3 jam yang lalu 3 jam yang lalu 3 jam yang lalu
- Shalat fadhu lima waktu adalah ibadah wajib prioritas utama bagi umat Islam. Shalat wajib ini pun menjadi amalan yang akan pertama kali dihisab di akhirat. Imam Malik dalam kita Muwattha' mengatakan, ketika amalan shalat seorang hamba diterima Allah, maka ada harapan saat menunggu keputusan amal-amal lainnya. Hal ini membuat shalat sebagai amalan yang mesti diberi perhatian lebih oleh umat Islam. Mengutip laman NU, kendati amalan shalat bukan penjamin nasib akhirat seseorang, namun Allah telah mengingatkan potensi dan indikasinya yang bisa membawa kebaikan ukhrawi. Penentu utama nasib hamba tetap berada di sisi Allah Yang Maha Penyayang. Oleh sebab itu, menjalankan ibadah shalat wajib menjadi penting untuk dijalankan secara baik dan benar. Shalat memiliki aturannya sendiri dengan mengikuti contoh yang dituntunkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi Tata cara Shalat Wajib Pembeda shalat wajib lima waktu terletak pada waktu pelaksanaan dan jumlah rakaat masing-masing. Setiap shalat harus dikerjakan sesuai waktunya dengan rekaat yang sesuai, kecuali pada kasus tertentu seperti menjamak atau meng-qashar shalat. Tata caranya sama untuk setiap shalat dan tinggal menyesuaikannya sesuai jumlah rekaat. Dilansir dari Jurnal Ansiru Nomor 1 Volume 1 2017, urutan cara melakukan shalat menurut mahzab Syafi'i1. Niat2. Berdiri jika mampu3. Takbiratul ihram dengan mengucapkan "Allahu Akbar" sembari mengangkat kedua Membaca surat Al-fatihah5. Rukuk dengan tumakninah6. Iktidal dengan tumakninah7. Sujud dengan tumakninah8. Duduk antara dua sujud dengan tumakninah9. Duduk tasyahud awal dan akhir dengan tumakninah10. Membaca tasyahud11. Membaca shalawat Nabi Muhammad12. Mengucap salam sembari menoleh ke kanan13. Tertib sesuai urutan rukun Hikmah Shalat Wajib Shalat wajib yang ditegakkan oleh setiap muslim akan mendatangkan hikma dalam kehidupan. Menurut buku Pendidikan Agama Islam dan Budi pekerti Kemdikbud 2018, hikmah shalat wajib yaitu 1. Membuat hamba untuk selalu mengingat Allah2. Shalat menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah3. Melatih diri untuk disiplin karena shalat wajib memiliki waktu pelaksanaannya masing-masing4. Mengajarkan hidup bersih dengan berwudhu sebelum shalat5. Menjadikan hidup lebih tertib dan teratur6. Melatih diri untuk bersikap rendah hati7. Hidup menjadi lebih tenang dan lebih terjaga dari perbuatan Hati cenderung damai dan merasa tenteram9. Memelihara diri dari perbuatan dosa karena kebiasaan mengingat Allah melalui shalat10. Menjalin persatuan dan persaudaraan melalui shalat berjamaah di masjid. - Pendidikan Kontributor Ilham Choirul AnwarPenulis Ilham Choirul AnwarEditor Yulaika Ramadhani
makrifat sholat 5 waktu